SURGA
DI LERENG GUNUNG MERBABU
Di mana letak surga itu
Biar kugantikan tempatmu denganku
Adakah tangga surga itu
Biar kutemukan untuk bersamamu...
Lirih lagu Tanpa
Kekasihku mengalun jelas dalam gendang telingaku. Tentang seorang yang
ditinggal ke surga oleh sang kekasih. Tentang kerinduannya dan inginnya
berjumpa ke surga sana.
“Argh...” Aku
tersenyum kecut.
Pikirku menerawang
akan liriknya. Surga! Apakah surga itu? Di manakah dia berada? Bagaimana bisa
kuttemukan jalan ke sana? Ada apakah di sana?
Sederet pertanyaan
yang acapkali kutanyakan pada siapa saja yang kutemui. Hingga pada suatu hari,
pertanyaan itu keluar dari mulutku dan kaupun menjawabnya bukan dengan kata.
Pada Minggu yang cerah, dengan motor bebekmu, kau mengajakku ke surga. Surga yang
benar-benar surga, surga yang mampu membuatku bersyukur dan sungguh mengagumi
lukisanNya.
“Hari ini kita tidak
akan ke mall maupun staycation di hotel,” ucapmu kala itu. Kau sungguh
memahamiku. Aku, perempuan yang lebih menyukai mall dan hotel daripada menikmati
lukisanNya. Dan tak perlu dijelaskan, kau cukup tahu mengapa dan kenapa.
Tanpa banyak protes,
aku hanya bisa menurut. Meski di tengah perjalanan aku sempat bertanya karena
sedikit banyak aku tahu arah mana yang kami tuju. Satu arah ke daerah dataran
tinggi di lereng gunung Merbabu.
Kaki gunung Merbabu
tak asing dalam pandanganku. Aku pernah beberapa kali menikmati keindahan
alamnya. Memanjakan mata dengan pegunungan nan hijau, menikmati langit biru
dengan deretan lautan nan hijau di bawah sana. Menghirup udara segar pegunungan
meskipun terkadang aku bergidik karena merasakan udara sidikit menusuk sum-sum.
“Kita mau ke mana?”
Tanyaku demi menjawab rasa penasaranku.
“Ke surga,” jawabmu
dengan singkat.
Aku mengernyitkan
mata.
“Jangan bilang kau menapak
tilas jejakmu dengannya,” ucapku sedikit sewot.
“Plisss, jangan bahas
dia!” Jawabmu dengan nada sedikit sinis.
Aku terdiam. Aku
enggan banyak berkata. Apalagi tentang dia. iya, dia yang pernah menghuni
hatimu. Dia yang selalu menyukai lukisanNya. Setidaknya dia, berbeda denganku.
Kita terus melaju.
Melaju melewati jalan yang terus menanjak dan matapun semakin dimanjakan dengan
pemandangan yang begitu indah. meskipun panas matahari sedikit menyengat, tapi
udara dingin tetap merasuk dalam sum-sum. Meski begitu, aku menyukainya.
Hampir satu jam kami
perjalanan kami, hingga akhirnya ku menyadari bahwa kami hampir sampai tujuan.
“Kau pernah bilang,
kau pengen ke Gancik, kan?” tanyamu lalu memarkirkan motor dan kemudian
membantuku melepaskan helmku.
Aku turun dari motor,
mataku menerawang ke sekeliling. Ku tatap nan jauh di sana, sebuah tulisan “Gancik
Hill Top”.
“Di sana?” tanyaku
polos sembari menunjuk ke atas sana.
Sungguh, pemandangan
nan indah yang selama ini sering kali kulihat di dunia maya itu butuh
perjuangan untuk menjangkaunya. Untuk menuju ke sana memang cukup membayar
tiket dan parkir sebesar lima ribu rupiah saja. Akan tetapi... jalan menanjak
hampir 2 km dengan suasana jalan selebar satu meter yang sudah dicor itu
membuatku tak yakin kalau aku akan kuat sampai di atas sana. Sialnya, motor
kami tidak diizinkan sampai di atas. Kalaupun mau ke atas tanpa jalan, ya
ngojek saja. Cukup merogoh sepuluh ribu dan dua puluh ribu kalau pulang-pergi.
“Kau kuat, kan?”
tanyamu melirikku.
Aku mengangguk. Dengan
penuh semangat, aku berjalan mendahuluimu. Menikmati pemandangan sekitar yang
membuatku terpesona. Tapi, baru seperlima perjalanan saja nafasku sudah
tersengal, wajahku memerah menandakan kalau aku sudah merasa lelah.
Kau meraihku,
menggandeng tanganku. “Yakin?” tanyamu ragu.
Aku mengangguk dan
kembali berjalan. Tapi... beberapa langkah saja. Akhirnya aku menyerah. Kita naik
ojek untuk sampai di atas sana.
Meskipun ojeknya
sudah cukup berpengalaman dan sudah hafal betul dengan medannya, tetap saja aku
merasa ketakutan. Bagaimana tidak? Jalannya hanya setapak, memang sudah dicor,
tapi kiri kanan kami adalah ladang miring. Sesuatu hal yang berbahaya jika kami
terjatuh. Selain itu, jalanannya juga menanjak dan berkelok. Ada kali kecil di
pinggir jalan yang membuatku ngeri. Hingga sepanjang perjalanan, aku tiada
henti melafalkan doa.
***
Horeee...
aku sampai di atas awan. Hahaha... LOL
Batinku menjerit
bahagia. Ya, bagaimana tidak bahagia, aku tengah berada di surgaNya. Dalam lukisan
indah yang membuat mataku takjub dan tiada henti mengungkapkan rasa syukur.
Dari sini, aku mampu
melihat kemegahan gunung Merapi. Menyaksikan kota Boyolali dari ketinggian. Lautan
nan hijau dan jejeran perumahan sungguh begitu indah.
“Siang hari saja
sudah begini indahnya, bagaimana kala senja maupun malam hari?” ungkapku penuh
takjub.
Di tempat yang sejuk
ini, tak lupa kuabadikan lukisanNya dalam selembar foto. Sebagai perempuan
kekinian, tidak lupa juga aku memposting perjalananku kali ini ke sosial media.
Bagiku, sangat disayangkan jika surga yang satu ini tak dipublikasikan di
media.
Yang membuatku
semakin betah saat di Gancik bukan karena pemandangan yang indah dan udara nan
sejuk, melainkan di Gancik banyak sekali menara pandang yang bisa jadi spot
selfie nan asyik.
“Berfoto
di sini, pasti bakalan bikin aku jadi anak hits... hehehe,”
batinku terkekeh.
Dan seperti biasa,
setiap kali kita jalan berdua, kau pasti akan menjadi sopirku, menjadi
bodyguardku, menjadi baby sitterku dan tentunya menjadi fotograferku. Memiliki dirimu
adalah satu paket lengkap dalam hidupku. Kau memang bukanlah yang sempurna,
tapi kau adalah cerita yang menyempurnakan hidupku. Kau mampu mengerti dan
memahamiku, bahkan kaupun mampu menjadi apa yang aku mau. Dan kau... adalah
anugerah terindah yang tiada pernah mampu kudefinisikan dengan kata.
Akupun akhirnya
mengabadikan moment di beberapa spot. Adapula spot ala-ala menara yang membuatku
tergoda untuk naik ke atas. Dari bawah kau memotretku. Aku tak lupa berpose. Membayangkan
diri ini kalau aku adalah seorang rapunsel yang tengah menanti kehadiran sang
pangeran.
Agak lama kita
menikmati surgaNya yang satu ini. Hingga akhirnya aku merasa bosen.
“Turun, yuk,” ajakku.
“Yakin?” tanyamu
ragu.
Aku mengangguk. Hingga
kaupun menawarkan lagi, mau jalan atau naik ojek seperti tadi. Dan aku
mengajakmu jalan kaki. Ya, kali ini aku yakin, sangat yakin kalau aku kuat. Toh
jalanan turun, aku tak akan secapek tadi. Yah, meskipun aku tetap saja merasa
lelah.
***
Beberapa hari
kemudian...
Memotret dan
mengabadikan sesuatu lalu mempostingnya di dunia maya memang sudah menjadi
ritual wajibku. Kau tahu itu. Bahkan kaupun memahami, bahwa aku lebih update
tentang gosip artis daripada gosip tetangga meskipun tetangga depan rumah
sekaligus. Kau memahami sendiri, dunia mayaku tak banyak berbeda dengan dunia
nyataku. Tak heran bagimu jika aku memang banyak berkawan meski belum pernah
berjumpa.
Kaupun tahu, aku
pasti sudah mengupload beberapa foto perjalanan kita ke dunia maya. Ya, sudah
banyak yang melihatnya dan beberapa kawan dari luar daerah yang kepo dan iri
pada keindahan surga di lereng Merbabu itu.
Bahkan, tak segan
mereka bertanya soal akomodasi menuju Gancik Hill Top. Tanpa pikir panjang,
kuceritakan tentang semua rutenya. Apabila mereka datang dari luar daerah,
mereka bisa naik pesawat ataupun kereta api. Untuk mendapatkan harga tiket yang
murah, mereka bisa memanfaatkan promo tiket di tiket.com. Pun soal harga
menginap di hotel. Kau tahu sendiri kan, tiket.com sering sekali ada promo? Bahkan
aku sering mendapatkan email promo dari tiket.com.
Mereka tak akan rugi
mendatangi Gancik Hill Top. Toh surga di lereng Merbabu tak hanya Gancik, ada
Alam Sutera, Omah Bambu, Suro Teleng bahkan sampai Ketep Pass dan kita tak
hanya berkelana sekitar Selo, Boyolali saja, melainkan kita akan berkelana ke
Magelang.
Argh, berbicara soal
perjalanan memang tak ada habisnya. Terima kasih untuk cerita yang indah di
surgaNya. Aku berharap, kelak kita akan menjelajah surga lainnya dengan cerita
yang penuh cinta...
GALERI FOTO GANCIK HILL TOP
wah Mbak Witri narasi dan dialognya kece, kayak baca nov fiksi, top lah=)
BalasHapusTutup muka... ini baru belajar, Mbak... :)
Hapusdi ketinggian kita bisa banyak melihat hal yg menarik ya
BalasHapusCakep mbak viewnya. Pergi ke gunung nggak ngebosenin emang.
BalasHapusBtw, sempet2nya mbak nanyain tentang 'dia' hihihi
Oh ini yang kemarin dibahas di grup. Emang bagus ya Mba.. Walaupun jalanannya berliku, tapi rasanya puas ya sampai di atas. Jadi pengen kesana juga. :)
BalasHapusview nya keren
BalasHapusternyata rame juga ya....banyak yg suka kesana berarti
Wow, cantiknya lereng Merbabu :)
BalasHapusAaaaaa viewnya cakep banget
BalasHapusAku mau dong kesana juga
Benaran kayak berada di atas awan ya mbak. Semoga aku bisa pergi ke surga tersembunyi di daerahnya mbak dengan pasangan ku kelak. Amin.
BalasHapusSinggahi juga surga tersembunyi di daerahku, ini lebih menantang lagi perjalanannya mbak. :) http://www.yellsaints.com/2017/09/hutan-leuser-surga-tersembunyi-ini-lima.html
Ini tempat wisata kekinian ya mba, yg bisa foto-foto di ujung papan gitu? Hehe..
BalasHapusSaya suka sama narasinya, 'first person' jadi berasa ngalamin juga. Bagus juga ya pemandangan di Gencik itu.. :D
Salam, Raafi
Owner Plaza Bisnis
Aku baca lirik itu sambil nyanyi hahaha, jadi keinget aktingnya mbak Agnes Mo dan babam Zumi Zola di video clipnya.
BalasHapusHaaaaa lereng gunung Merbabu ternyata secakep ini! suka lihat pijakan-pijakan kayu itu. Sungguh instagrambale :D
omnduut.com
Serasa baca narasi novel nih. Jadi kangen nulis ala novel gini deh hahaha
BalasHapusBtw, tempatnya asyik yak kalau di malang semacam di wisata Gunung Banyak Batu
wah ini sih keren tempatnya...bisa teriakkkkk sepuasnya kalokesini..ahahaha
BalasHapusHahahah bawa2 "dia" :D
BalasHapusKeren yak, asyik tu tempatnya buat pacaran, aku kyke gak bakal bawa anak2 kalau ke sana, anak2 dititipin mbahnya aja haha :P
ya ampun, indah banget
BalasHapusSeru ya kayaknya bayangin maen di kaki gunung merbabu. Pas ke dieng takjub banget karena lihat banyak puncak gunung yang salah satunya adalah gunung merbabu
BalasHapus