NAPAK
TILAS HUTAN PINUSAN MAGELANG PENUH KENANGAN
Boyolali,
2011
“Besok
kamu ikut WD and friends jalan-jalan enggak?” SMSmu
di suatu maam Sabtu. Aku ingat dengan jelas, kala itu malam Sabtu. Beberapa
hari sebelumnya WD mengajakku untuk jalan-jalan ke Magelang bersama
teman-temanmu.
“Kayaknya
enggak dech...” Jawabku dengan santai.
“Yah,
enggak seru dong...” Balasmu.
Aku tersenyum. “Ajak ajah cewek kamu, biar seru. Kenalin ke
temen-temen!”
“Cewek?”
“Iyalah
cewek kamu! Aku besok ada acara. Bhay...”
Akupun mengakhiri
percakapan kita. Dan keesokan harinya, akupun ke kantin kampus. Kulihat kau
sudah ada di sana, kau tersenyum agak manyun. Aku bersalaman denganmu dan
teman-teman lainnya.
“Katanya enggak
ikut?” tanyamu memulai percakapan.
“Ya, aku kan ngerjain
kamu. Lagian aku udah janji mau boncengan sama Kodok,” jawabku santai. Masih
ala aku yang suka tersenyum dan menggoda.
Kau cukup tahu, aku
adalah perempuan jomblo yang memang tak ada pasangan dan menikmati kesendirian
bersama kawan. Kau juga paham, Kodok adalah teman sekelasku. Dia parthner yang
setia denganku. Bahkan di saat orang-orang mengatai kami pacaran, dia tetap
setia menjadi parthnerku. Dan kau cukup tahu, karena dia antara kami memang tak
pernah ada rasa, maka kami menikmati masa berdua kami hingga saat ini (saat
akhirnya aku menjadi milikmu dalam ikatan yang disaksikan oleh Tuhan).
Aku menikmati
perjalanan kali ini. Perjalanan menuju barat Boyolali. Kata WD, kita akan
jalan-jalan ke Hutan Pinus Magelang. Melewati jalanan berkelok dan menanjak,
sesekali aku bergurau bersama Kodok. Hahaha...
Dan aku tak tahu arah
jalan. Pun dengan WD dan kawan yang lain. Akhirnya kita semua berhenti di
sebuat area Pinusan yang ku tak yakin kalau tempat itu adalah Hutan Pinus yang
kita tuju. Tapi, aku cukup menikmati area ini. Di sini kita berfoto-foto
mengabadikan kenangan.
Hingga akhirnya kau
mengajakku berfoto. Akupun mengiyakannya meskipun aku tak mau berfoto berdua.
Aku tahu kau bukan lelaki jomblo, aku tak mau ada salah paham di antara kita.
Kita berfoto bersama
salah seorang kakak tingkatmu yang juga perempuan. Kau berpose di tengah. Cukup
lucu...
Dan seingatku, malam
hari setelah kita jalan bareng-bareng, kau kembali menghubungiku. Kau meminta
izin padaku untuk menyimpan foto kita dan mengcropnya agar hanya ada aku dan
kamu. jawaban TERSERAH adalah jawaban paling aman waktu itu.
Hingga malam-malam
berikutnya, kau selalu mengirim SMS padaku. Kita berSMSan sembari mendengarkan
radio yang sayangnya gelombangnya sekarang sudah tiada. Kita saling sindir
menyindir dan mengirim pesan untuk orang yang kita sayang. Dan entahlah...
ketika Tuhan memberikan jalan bahwa kita adalah JODOH...
***
Boyolali
– Magelang 2017
Jika orang-orang
mengenal Magelang karena keberadaan Candi Borobudur sebagai 7 keajaiban dunia
dan mengenal Magelang akan keberadaan Gereja Ayam Bukit Rhema karena
Rangga-Cinta, maka aku mengenal Magelang saat kau malu-malu mendekatiku.
Magelang adalah kota
penuh kenangan. Di sana ada kenanganku bersama keluarga besarku. Dulu, sewaktu
aku masih kecil dan ketika aku beranjak remaja, aku pernah diajak oleh keluarga
besar ke Candi Borobudur. Tapi sayang, panas Borobudur membuatku pingsan.
Hingga kini, aku akan berpikir dua kali jika ke sana.
Tak hanya itu saja,
Magelang adalah kota kenangan kau dan aku. Kenangan saat awal kau mendekatiku
dengan malu-malu. Puluhan pohon pinus menjadi saksi bisu saat rasa itu belum
mampu kau ucap.
Dan setelah kita
jadian, saat jam kuliahku kosong, pun dengan jam kuliahmu, kau mengajakku ke
Ketep Pass. Aku masih ingat dengan jelas, kala itu gerimis tak diundang
membasahi perjalanan kita.
Pun dengan minggu
lalu. Setelah beberapa hari ini kita terlalu sibuk dengan pekerjaan
masing-masing, akhirnya kaupun mengajakku jalan berdua dan menitipkan anak kita
ke orang tuaku (Seperti biasanya).
09.30 kita memulai
perjalanan. Langit masih cerah. Tetapi, menginjak sepertiga perjalanan,
terkadang gerimis masih saja menggoda. Kau tetap keukeuh melanjutkan
perjalanan. Kapan lagi kita nikmati waktu berdua, toh minggu depan saat libur
sekolah tlah tiba, waktuku akan banyak kuhabiskan bersama anak kita.
Aku pasrah. Ku
menikmati perjalanan kita yang terkadang ditemani gerimis. Aku acuhkan inginku
untuk mengabadikan perjalanan kita dalam bentuk video. Rasanya, saya sekali
jika smartphoneku bersentuhan dengan air hujan. Maka, kubiarkan saja perjalanan
kali ini terlewat begitu saja.
Tujuan awal dari
perjalanan kita adalah Top Selfie Kragilan, Magelang. Objek wisata hutan pinus
yang satu ini memang sedang ngehits dan ‘sepertinya’ tempatnya instagramable
sekali. Aku bisa bicara seperti ini karena aku sering melihat foto-foto nan
indah menggoda yang berseliweran di IG-ku tentang Top Selfie Kragilan ini.
Tapi sayangnya, aku
dan kamu sama-sama belum pernah ke Top Selfie Kragilan dan sama-sama tak tahu
jalannya. Dari info yang kita dapat, Top Selfie ini dari Ketep Pass lurus
terus. Pun dari Google Map. Yasudahlah, kita lanjutkan perjalanan.
Hingga kita terhenti
saat ada tulisan “Objek Wisata Pinusan Grenden”. Kupikir, di sinilah Top Selfie
Kragilan. Meskipun di gerbang masuknya tulisannya Pinusan Grenden. Yang pasti
sama-sama objek wisata hutan pinus, kan?
Cukup bermodal Rp
8000,- saja kita memasuki objek wisata pinusan ini. Itupun sudah termasuk
parkir dan tiket masuk. Kita juga tak jauh berjalan kaki lantaran motor ataupun
mobil bisa naik ke atas. Berbeda ceritanya dengan perjalanan kita saat ke
Gancik dulu.
Baca : Surga diLereng Merbabu
“Kayaknya ini bukan
Top Selfie dech, Yah?” ucapku padamu. Karena dalam pandanganku, Top Selfie yang fotonya sering kulihat di Instagram tak
seperti ini. Tapi tak mengapalah, toh tempat ini juga asyik. Lumayan
instgramable. Luas. Belum begitu rame dan yang jelas murah meriah.
Untuk beerapa spot,
kita tidak harus mengelurkan uang hanya demi berfoto. Seperti beberapa spot di
bawah ini. Duduk di atas bukut dan menikmati pemandangan, ayunan, rumah
terbalik, ala-ala putri bunga dan ala-ala princess of the moon ini. Aku berfoto
di semua spot ini free, enggak mengeluarkan uang sepeserpun.
Tapi, ada tiga spot
di dekat warung yang jika kita ingin berfoto di sana kita harus membayar.
Membayar Rp 5000,- untuk 3 tempat. Jika ingin berfoto di 3 spot (9 tempat), ya
membara Rp 15.000,-. Buatku, uang segitu wajarlah untuk perawatan tempatnya,
toh membuat ayunan, rumah pohon dan teman-temannya juga butuh dana.
Perawatannya juga butuh dana. Kalau membayar yah wajarlah.
Untuk jajan di tempat
ini juga murah. Saat hujan mulai turun dan perut menginginkan yang anget-anget,
ada penjual bakso, teh hangat, kopi hangat, gorengan dan mie. Harganya juga
ramah di kantong. Bagaimana tidak? Untuk warung di tengah ‘hutan’, semangkuk
bakso cukup Rp 7000,-, segelas kopi Rp 3000,- dan satu mendoan cukup Rp 1000,-.
Murah sekali, bukan?
Tempat yang orang
sebut Bukit Grenden ini lumayan luas. Belum cukup ramai. Bahkan, kau sempat
bilang kalau tempat ini cocok untuk syuting film, film horor kalau katamu. Beda
kalau kataku, kataku mah cocok untuk film romance. Tempatnya juga lumayan
romantis, kan? Buktinya banyak anak-anak muda yang tengah memadu kasih. Pun
adapula yang tengah mengadakan foto prewedding di sini.
Hujan mulai reda. Aku
juga cukup puas berfoto di sini. Meskipun aku tak berfoto di semua spot karena
aku malas antre dan bergantian. Kita akhirnya meneruskan perjalanan menuju Top
Selfie Kragilan yang ternyata tak jauh dari Bukit Grenden.
Top Selfie Kragilan
sangat ramai. Keindahannya seolah terhapus oleh keramaian orang-orang yang juga
ingin berfoto di Top Selfie Kragilan.
Biaya parkir dan
tiket masuk di Top Selfie hanya Rp 7000,- (parkir sepeda motor Rp 3000,- dan
tiket per @ Rp 2000,-). Banyak sekali spot-spot kece berlatar hamparan hutan
pinus. Akan tetapi, untuk berfoto di setiap spotnya, kita harus membayar Rp
5000,- per @ nya. Tak hanya itu saja
antriannya juga panjang dan ramai.
Malas akan keramaian,
aku tak berfoto di semua spot. Aku hanya berminat berfoto di ayunan hits.
Bermodal Rp 30.000,- untuk kita berdua berfoto dan difoto oleh Mas Photografer.
Udah itu doang. Itupun kita mengantre cukup lama, hampir sejaman.
Mungkin, jika kita
ingin berfoto bersama keindahan alam, kita ke Top Selfie bukan disaat weekend
ataupun liburan. Mungkin di saat weekday, Top Selfie lebih indah dan kita lebih
puas berfoto bersama hamparan pohon pinus.
Waktu kian berlalu.
Ternyata sudah sore. Hujan kembali datang, tapi hujan bukanlah penghalang untuk
pulang.
Dan aku tetaplah aku.
Meski hujan turun, tak akan kulewatkan moment untuk mengabadikan berjalanan
dengan baground gagahnya sang gunung.
Magelang, sampai
jumpa kembali. Tunggu aku di Bukit Rhema... 😉😉😉
Magelang penuh
kenangan.