“Di mana wayang tidak hanya sekedar benda seni tetapi merupakan simbol jembtan peradaban yang tangguh melintasi antar generasi.”
Desa
Wisata Sidowarno
Minggu lalu, saya dan beberapa kawan blogger,
jurnalis, dan fotografer berkunjung ke salah satu Kampung Berseri Astra yaitu Omah
Wayang, Desa Wisata Sidowarno. Omah Wayang, Desa Wisata Sidowarno ini berada di
Kabupaten Klaten bagian timur, dekat dengan Kabupaten Sukoharjo. Tepatnya,
berada di Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten.
Untuk menuju ke Omah Wayang, Desa Wisata Sidowarno ini
cukup mudah. apalagi jika lewat Kabupaten Sukoharjo. Sementara saya sendiri,
waktu berangkat lewat Klaten. Meskipun lumayan lebih dekat, tapi jalanan banyak
belokannya dan cukup melelahkan.
Akan tetapi, sesampainya di Omah Wayang, Desa Wisata
Sidowarno, lelah itu terbayar lunas. Sesampainya di Lokasi, kami di sambut
dengan gapura-gapura yang terbuat dari bambu. Lalu, di dekat Joglo Omah Wayang,
ada sebuah makam. Dan yang unik, pagar dari makam tersebut ada wayang berukuran
besar (Pandawa).
Yang saya suka dari Desa Wisata Sidowarno ini adalah
desanya yang bersih, sejuk, nyaman, dan guyup rukun masyarakatnya. Kala
saya dan teman-teman berkunjung ke sana, kala itu ada orang kesripahan
(meninggal dunia) dan kebersamaan masyarakat Desa Wisata Sidowarno patut
diacungi jempol.
Meskipun waktu itu ada salah satu masyarakat yang
berduka, bukan berarti saya dan teman-teman tidak jadi menjelajah Desa Wisata
Sidowarno. Kami tetap melanjutkan acara kami. Bahkan, di akhir acara, ada
punakawan (anak-anak SD yang berdandan seperti punakawan). Saya dan
teman-temanpun tidak ingin melewatkan moment, kami berfoto dengan
punakawan.
Masuk Joglo Omah Wayang, sebelum acara dimulai, saya
dan teman-teman memakai kain jarik. Lalu, kami disambut oleh Bapak Baron selaku
ketua pilar wirausaha Desa Sidowarno. Pak Baron ini juga merupakan generasi ke
empat dari leluhurnya.
Pak Baron menjelaskan tentang Desa Wisata Sidowarno yang
sudah mendapatkan berbagai penghargaan. Salah satunya menjadi Kampung Berseri
Astra.
Mengenal Desa Wisata Sidowarno
“Dari generasi muda Desa Wisata Sidowarno untuk generasi muda Indonesia.”
Indonesia kaya akan budaya. Salah satunya pertunjukan
wayang kulit. Menonton wayang kulit bagi saya bukanlah suatu hal yang asing,
sampai saat ini. Karena di desa tempat saya tinggal, setiap merti desa
(bersih desa) pasti ada pertunjukan wayang kulit.
Akan tetapi, selama ini saya hanya menonton
pertunjukannya saja. Menonton dalang memainkan wayang di balik kelir. Melihat puluhan
bahkan ratusan wayang berjejer di balik kelir.
Terkadang, dalam benak saya bertanya, “Bagaimana
caranya membuat wayang ya? Kok bisa sebagus itu? Kok bisa kayak benda hidup?”
Hingga akhirnya, minggu lalu sayapun melihat secara
langsung pembuatan wayang kulit di Desa Wisata Sidowarno.
Tapi, sebelum saya jelaskan tentang pembuatan wayang kulit
di Desa Wisata Sidowarno, mari mengenal terlebih dahulu tentang Sejarah Desa
Wisata Sidowarno.
Desa Wisata Sidowarno juga dikenal sebagai desa wisata
wayang. Secara, di desa Sidowarno ini sejak tahun 1960-an memang sudah membuat
kerajinan wayang kulit. Dan pertama kali yang membuat wayang kulit di Desa Sidowarno
yaitu Mbah Hadi Kasimo pada tahun 1960.
Selain itu, kenapa harus desa wisata
wayang? Kenapa bukan lainnya?
- Karena ingin turut melestarikan budaya wayang dengan mendukung karya para seniman wayang kulit,
- mempelajari value dan pesan moral pewayangan yang bisa menjadi sarana edukasi bagi anak-anak,
- memberikan dampak sosial dan ekonomi bagi warga desa.
“Kami
tidak ingin mencari pekerjaan, tapi kami ingin menciptakan pekerjaan.”
Jika pada tahun 2018 Desa Wisata Sidowarno masuk
sebagai Kampung Berseri Astra, pada tahun 2020 Pemerintah Kabupaten Klaten
menetapkan Desa Wisata Sidowarno sebagai desa wisata wayang. Di mana sampai
saat ini, di Desa Wisata Sidowarno sudah ada sekitar 75 pengrajin wayang kulit. Dan
wayang kulit tersebut terbuat dari kulit sapi, kerbau, dan kambing.
Wayang kulit buatan pengrajin di Desa Wisata Sidowarno
ini terkenal bagus, rapi, dan halus. Banyak dalang-dalang kondang yang
membeli wayang kulit di Desa Wisata Sidowarno, salah satunya Ki Anom Suroto. Selain
itu, wayang kulit dari Desa Wisata Sidowarno juga sudah dikenal sampai
mancanegara.
Pengrajin Wayang di Desa Wisata Sidowarno
Seperti yang saya jelaskan di atas, di Desa Wisata
Sidowarno sampai saat ini sudah ada 75 pengrajin wayang. Jumlah tersebut bisa
saja bertambah bisa saja berkurang. Secara, di zaman modern seperti ini
jarang ada anak muda yang mau menjadi pengrajin wayang.
Akan tetapi, di Desa Wisata Sidowarno—meski tidak
semua—masih ada anak-anak muda yang mau melanjutkan warisan leluhurnya, menjadi
pengrajin wayang kulit. Terutama yang orang tua mereka juga pengrajin wayang
kulit.
Akan tetapi, setiap ada event-event besar, para
pemuda juga ikut andil dalam acara tersebut. Seperti ikut menunggu jemparingan
(panahan), menjadi sinoman, dan yang lainnya.
Selain itu, anak muda di Desa Wisata Sidowarno juga
ikut mempromosikan Desa Wisata Sidowarno melalui sosial media. Jika dulu
Sidowarno hanya dikenal dari mulut ke mulut, kini Sidowarno juga bisa dikenal
melalui sosial media.
Pembuatan Wayang
Setelah sedikit banyak mendengarkan penuturan Pak
Baron tentang Desa Wisata Sidowarno, saya bersama teman-temanpun berkeliling desa.
Kami semua di bagi menjadi 3 grup. Saya ikut grup 2 dan dipandu langsung oleh
Bapak Bapak Suraji. Bapak Suraji ini adalah ketua RT, ketua pemandu wisata, dan
ketua Pokdarwis.
Pengerokan Kulit
Pertama-tama, kami semua di ajak ke kediaman Bapak
Hasan. Di sini adalah tempat pengerokan kulit. Di mana ini adalah proses awal
pembuatan wayang.
Sebelum di kerok, pertama kalinya kulit di rendam
selama satu hari satu malam agar kulitnya menjadi empuk dan lentur. Kulitnya dimasukkan
ke dalam kolam, lalu ditindih dengan batu agar semua bagian kulit terkena air. Setelah
itu, keesokan paginya diberi lubang-lubang dan dipentang menggunakan
bambu dan tali temali, lalu dikeringkan. Jika cuaca panas, setengah haripun
sudah kering. Baru dilakukan pengerokan. Waktu pengerokan biasanya membutuhkan
waktu 1 ½ hari.
Waktu saya ke Desa Wisata Sidowarno kemarin, kulit
yang direndam adalah kulit kerbau dari NTB. Akan tetapi, Bapak Hasan membelinya
dari pengepul di Banyudono (tempat pabrik rambak). Biasanya, yang dipilih
adalah kulit yang tipis karena kulit yang tebal digunakan untuk pembuatan
rambak.
Biasanya pembelian perkilo. Harga perkilonya mencapai
Rp 80.000,- dan satu lembar kulit biasanya mencapai 10 - 11 kg. Dan setelah
dikerok, harga kulitpun naik. Untuk 11 kg-an bisa mencapai harga satu jutaan.
Menggambar Pola di Atas Kulit
Kulit yang dikerok lalu dijemur, dan setelah kering
baru dibuat pola. Untuk pola yang sudah jadi seperti gambar di bawah ini :
Penatahan
Untuk penatahan dan sungging, ini dilakukan di rumah
Bapak Baron. Natah yaitu sebuah sebuah tehnik memahat atau membuat lubang yang
menjadi pembatas bagian-bagian wayang kulit.
Mulas atau Pewarnaan (Sungging)
Sementara sungging atau pewarnaan adalah mewarnai
wayang dengan pola-pola rumit yang dilakukan secara teratur sehingga
menghasilkan sebuah tatanan warna gradasi yang rapi dan indah.
Dalam proses sungging ini, ada wayang yang diwarnai
menggunakan emas asli. Wayang yang diwarnai dengan emas asli, satu buah wayang
harganya mencapai 3 jutaan lebih. Sementara untuk wayang yang tidak dilapisi
emas asli, harganya juga di atas 1,5 juta. Tergantung besar kecilnya wayang.
Pengelukan
Proses terakhir pembuatan wayang kulit yaitu
pengelukan atau pemasangan pegangan wayang. Dulu saya kira pegangan wayang
kulit itu terbuat dari kayu, ternyata tidak. Pegangan wayang kulit terbuat dari
tanduk kerbau yang dipanaskan. Akan tetapi, pegangan wayang ada juga yang
terbuat dari bambu ataupun kayu secang.
Oh ya, pegangan wayang
atau tiang peyangga wayang tersebut disebut Cempurit.
Wisata Lainnya di Desa Wisata Sidowarno
Di Desa Wisata Sidowarno, kita tidak hanya melihat
proses pembuatan wayang saja. Tapi ada kerajinan pembuatan kaligrafi dari kulit
kambing, belajar memanah, melihat ibu-ibu memayet kebaya, dan kita juga bisa
menikmati jamu.
Tempat lain yang saya kunjungi di Desa Wisata
Sidowarno yaitu Jemparingan atau latihan memanah. Panah yang
digunakan terbuat dari kayu dan tidak terlalu berat. Jujur, jemparingan atau
memanah itu sebenarnya sangat mengasyikan, melatih untuk fokus dan tidak grusa-grusu
(tergesa-gesa).
Saya sempat mencoba memanah, akan tetapi gagal. Di sini
saya terlalu terburu-buru. Padahal, jika ingin belajar memanah, kita harus
sabar dan tidak grusa-grusu.
Di Jemparingan ini juga ada bapak-bapak yang
melatih. Jadi, jangan khawatir. Jika ingin belajar memanah di Desa Wisata
Sidowarno, sudah ada pelatihnya 😊
Setelah agak lama belajar memanah, saya dan teman-teman
lanjut ke tempat pembuatan kaligrafi dari kulit kambing. Di sini, saya melihat
banyak kulit kambing yang di jemur.
Dari tempat pembuatan kaligrafi, kami mampir ke Depot
Jamu Kampung Berseri Astra. Di tempat ini, kita bisa menikmati jamu, seperti :
beras kencur, kunir asem, cabe puyang, brotowali. Waktu itu, saya mencicipi
jamu beras kencur. Beras kencur menjadi pilihan saya karena rasanya manis.
Dan terakhir, saya dan teman-teman juga mampir ke tempat
pengrajin busana pengantin Mardi Fayet. Di sini kita bisa melihat ibu-ibu yang tengah
memayet busana pengantin secara manual. Kita juga bisa praktek mayet, loh.
Memayet ini butuh kesabaran dan penglihatan harus fokus. Untuk yang matanya
sudah minus seperti saya, enggak dulu deh…
Di Mardi Fayet ini, baju pengantin Mas Gibran dan Mbak
Selvi, baju pengantin Mbak Kahiyang dan Mas Bobby di fayet. Untuk harga memayetnya,
satu pasang baju mencapai 10 jutaan. Itu hanya memayet saja, untuk bahan baju
sudah dari pemesannya.
Bisnis fayet Pak Mardi ini sudah ada semenjak tahun
1997. Pemasarannya juga sudah sampai mancanegara.
Paket Wisata Desa Wisata Sidowarno
Desa Wisata Sidowarno menyediakan beberapa paket
wisata. Diantaranya :
1. Paket
Amarta per orang Rp 30.000,- (3-4 jam). Paket Amarta ini
khusus untuk pelajar dengan rombongan minimal 25 orang. Fasilitasnya : pemandu,
workshop ngerok, natah dan nglukis. Perorang juga akan
mendapatkan wayang kertas dan praktek melukis.
2. Paket
Ganesha per orang Rp 80.000,- (4 jam) dengan minimal rombongan
10 orang. Fasilitasnya : pemandu, senjangi, workshop komplit dan mendapatkan
kulit 10X10 cm dan nglukis.
3. Paket
Bhatara Wisnu per orang Rp 130.000,- (6 jam) dengan
minimal rombongan 10 orang. Fasilitasnya : pemandu, senjangi, workshop
komplit dan praktek menatah serta nglukis, panahan, welcome drink,
jamu (bisa request maksimal 3 macam jamu), dan makanan tradisional (bisa
request maksimal 3 jenis makanan).
4. Paket
Gunungan per orang Rp 550.000,- (2 hari) dengan minimal
rombongan 3 orang. Dengan fasilitas : pemandu, senjangi, workshop kulit
(dapat kulit dan nglukis), panahan dan kostum, welcome drink,
jamu, makanan tradisional, o-trans, makan siang, serta homestay
dan 1 kali makan.
Selain itu, adapula tambahan paketnya, antara lain :
1. Permainan Tradisional : @ Rp 5.000,-
2. Kostum wayang : @ Rp 20.000,-
3. Panahan : @ Rp 15.000,-
4. Welcome drink : @ Rp 5.000,-
5. Jamu (maks 3 jenis) : @ Rp 10.000,-
6. Makanan tradisional (maks 3 jenis) : @Rp 10.000,-
7. Makan siang : @ Rp 35.000,-
8. O-trans : @ Rp 15.000,-
9. Tarian punokawan : @ Rp 30.000,-
10. Tarian punokawan junior : @ Rp 15.000,-
11. Homestay : @ Rp 100.000,- (makan 1 kali)
dan @ Rp 70.000,- (tanpa makan)
Jika ada dolaners yang ingin berkunjung ke Desa
Wisata Sidowarno, bisa melakukan pemesanan minimal 5 hari sebelum kedatangan. Untuk
info lebih lanjut, bisa berkunjung ke akun instagramnya @desawisatawayang.
Kampung Berseri Astra
Kampung Berseri Astra adalah salah satu program
pengembangan masyarakat berbasis komunitas yang mengintegrasikan inisiatif 4
pilar program kontribusi sosial berkelanjutan Astra, yaitu : kesehatan,
pendidikan, lingkungan, dan kewirausahaan, dalam satu komunitas kampung.
Melalui program Kampung Berseri Astra oleh Astra
International ini, masyarakat dan Astra dapat berkolaborasi untuk mewujudkan wilayah
yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif, sehingga dapat meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat di wilayah Kampung Berseri Astra.
Astra, masuk ke Desa Sidowarno pada tahun 2018. Kala itu,
Astra mulai membina masyrakat setempat dan membentuk nama KBA (Kampung Berseri
Astra) Solo.
Sebelum menjadi KBA, awalnya masyarakat Desa Sidowarno
hanyalah sebuah kelompok kecil yang bernama Kube Bima (Kelompok Usaha Bersama
Bima). Melalui Affco Solo, Astra masuk ke Desa Sidowarno dan resmi menjadi KBA
Solo pada tahun 2018.
Setelah menjadi KBA Solo, Desa Sidowarno memiliki 4
pilar, yaitu : pendidikan, kewirausahaan, lingkungan, dan kesehatan.
Awal merintis KBA Solo, hanyalah bapak-bapak pengrajin
wayang kulit saja yang terlibat. Baru di tahun 2021, Genmawa (Generasi Pemuda
Wayang) bergabung. Setelah Genmawa bergabung, KBA Solo (Desa Wisata Sidowarno)
banyak mengikuti kompetisi dan banyak meraih penghargaan. Itu semua berkat
kolaborasi apik antara bapak-bapak pengrajin wayang kulit dan anak muda
di Desa Sidowarno.
Penutup
Menjelajah Desa Wisata Sidowarno, banyak insight
baru yang saya dapatkan. Terutama tentang wayang. Wayang yang begitu indah dan
proses pembuatannya juga tergolong rumit. Menurut saya, Desa Wisata Sidowarno
ini adalah hidden gem yang recommended untuk dikunjungi. Terutama
bagi para pelajar.
Kenapa?
Indonesia itu kaya akan budaya. Wayang kulit adalah
salah satu budaya Indonesia yang patut dilestarikan. Anak-anak tidak hanya
dikenalkan dengan pertunjukan wayang kulit saja, akan lebih baik jika anak-anak
juga tahu akan proses pembuatannya. Dan siapa tahu, dari hal yang dilihatnya,
anak-anak akan tertarik dan belajar menjadi pengrajin wayang kulit.
Lokasi Omah Wayang – Desa Wisata Sidowarno
@ayo_dolanbareng Kali ini dolannya ke #kampungberseriastra yaitu Joglo #omahwayangklaten lihat gimana pembuatan wayang, bikin kaligrafi, sampai belajar memanah #jogloomahwayang #omahwayang #klaten #klaten24jam #klatenbersinar #klatenfyp #dolanklaten #exploreklaten #wonderfulplaces #wonderfullindonesia #pesonaindonesia #jatenggayeng ♬ PANI FVNKY DJ TULUS REGAE NDESO STYLE - PanZz || 𝐉𝐚𝐰𝐚𝐏𝐫𝐢𝐝𝐞