Tampilkan postingan dengan label Candi Lawang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Candi Lawang. Tampilkan semua postingan

Selasa, 19 November 2019

CAGAR BUDAYA INDONESIA CANDI LAWANG DAN CANDI SARI, SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI BOYOLALI

November 19, 2019

CAGAR BUDAYA INDONESIA CANDI LAWANG DAN CANDI SARI, SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI BOYOLALI


Berbicara tentang candi, ingatan saya langsung tertuju pada candi Borobudur. Candi Budha yang terletak di Magelang ini bukan hanya menjadi salah satu keajaiban dunia. Akan tetapi candi Borobudur juga menyimpan legenda yang beredar di masyarakat. Konon katanya candi Borobudur dibangun pada tahun 800 Masehi pada masa kerajaan dinasti Syailendra di Jawa Tengah.


Candi lain yang terekam dalam ingatan saya adalah candi Prambanan. Candi yang selalu saya lewati kalau ke Jogja ini, dulu legendanya sering muncul di buku paket Bahasa Indonesia saya. Candi yang mengungkap sejarah kisah cinta bertepuk sebelah tangan antara Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang ini merupakan candi bercorak Hindu. Konon katanya candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah.



View this post on Instagram

JOGJA & SOBATKU Jogja selalu menyimpan cerita. Banyak tempat yang selalu menarik hati untuk dikunjungi. Mulai dari candi, malioboro, dan banyak tempat wisata lainnya yang menggoda hatiii... Bukan itu saja... tapi Jogja juga kota pelajar. Di sini, akan kau temui para pelajar dari pelosok nusantara. Makanya, enggak heran kan kalau tiap liburan atau weekend, Jogja bakalan macet cet cetttt... akan tetapi di balik kemacetannya itu menyimpan rasa... rasa untuk dikunjungi lagi dan lagiiii..... Oh ya, bicara weekend... weekend ntar di Ambarukmo bakalan aada acara keren loh. Acara bareng Sobatku. Udah pada tahu belum apa itu Sobatku? Tabungan online gitu dech, kan sekarang zamannya serba online. Jadi, enggak cuma belanja dan ojek aja yang online... tapi tabungan juga online :) oh ya, jadi minggu depan nanti tuh Sobatku mau bagi-bagi hadiah loh... selain itu kita bisa ngedance juga sama Om Pongki. Selengkapnya swipe aja yah :) #Sobatku #Tabunganonline #Undian100JT #TerbangUmroh #Jutawansobatku #Semuabisanabung #SOBATKUXPongki @sobatku_id
A post shared by Witri Prasetyo Aji (@witri_nduz) on




View this post on Instagram

Pagi dolaners, selamat berpuasa hari ke 4 Ramadan yah... tetap semangat dan semoga puasanya lancar :) . . اَللَّهُمَّ قَوِّنِيْ فِيْهِ عَلَى إِقَامَةِ أَمْرِكَ وَ أَذِقْنِيْ فِيْهِ حَلاَوَةَ ذِكْرِكَ وَ أَوْزِعْنِيْ فِيْهِ لأدَاءِ شُكْرِكَ بِكَرَمِكَ وَ احْفَظْنِيْ فِيْهِ بِحِفْظِكَ وَ سِتْرِكَ يَا أَبْصَرَ النَّاظِرِيْنَ ALLAHUMMA QAWWINII FIIHI ‘ALAA IQOOMATI AMRIKA WA ADZIQNII FIIHI HALAAWATA DZIKRIKA WA AUDZI’NII FIIHI LI ADAAI SYUKRIKA BIKARAMIKA WAHFAZHNII FIIHI BIHIFZHIKA WA SITRIKA YAA ABSHARAN-NAAZHIRIIN  Artinya : Ya Allah! Mohon berikanlah kekuatan kepadaku, untuk menegakkan perintah-perintah-MU, dan berilah aku manisnya berdzikir mengingat-MU. Mohon berilah aku kekuatan untuk bersyukur kepada-MU, dengan kemuliaan- MU. Dan jagalah aku dengan penjagaan-MU dan perlindungan-MU, Wahai dzat Yang Maha Melihat. . . #ayodolan #ayodolanbareng #traveling #travelblogger #travelfollowloop #travelgram #prambanan #travel #travelbloggers #dolanjogja #explorejogja #jogjakartaistimewa #jogjalovestory #jogjangangeni #lifestyleblogger_de #lifestyleblogger #lifestyle #blog #blogger #bloggersolo #bloggerboyolali #bloggerjogja #bloggerperempuan #emakblogger #EmakBloggerSolo #ramadan #ramadandecorations #ramadan2019
A post shared by D'Wendys Official (@ayo_dolanbareng) on

Candi di Jogja lainnya yang juga menyimpan sejarah kisah cinta adalah candi Plaosan. Candi ini terletak tidak jauh dari candi Prambanan, lebih tepatnya di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.

Candi Plaosan ini berbeda dengan candi Borobudur maupun candi Prambanan. Jika candi Borobudur bercorak agama Budha sementara candi Prambanan bercorak agama Hindu, candi Plaosan ini adalah perpaduan dari agama Budha dan agama Hindu.

Menurut sejarah, candi Plaosan ini adalah bukti cinta antara Rakai Pikatan yang menikahi  Pramordhawardani sementara keduanya berbeda keyakinan. Di mana Rakai Pikatan berasal dari Dinasti Sanjaya yang menganut agama Hindu, sedangkan Pramordhawardani berasal dari Dinasti Syailendra yang menganut agama Budha. Dan candi Plaosan ini dibangun sebagai lambang rasa cinta Rakai Pikatan dan Pramordhawardani.

Jadi, jangan heran jika candi Plaosan ini berbeda dengan candi-candi lainnya. Meskipun pada dasarnya candi Plaosan ini adalah candi yang bercorak agama Budha, tetapi secara arsitektur candi Plaosan memiliki campuran dengan candi Hindu di indonesia.

***

Candi-candi di atas hanyalah sebagian candi di Indonesia yang harus dirawat. Karena candi-candi tersebut merupakan cagar budaya Indonesia sekaligus bukti sejarah akan kehidupan masa lampau.

Sedari kecil, saya hanya tahu tentang candi Borobudur dan candi Prambanan saja. Padahal di Indonesia ada puluhan candi dengan kisahnya yang menarik untuk dipelajari. Dan di kota tempat saya tinggalpun ternyata juga ada 2 candi yang merupakan cagar budaya Indonesia yang meski dijaga keberadaannya. Kedua candi tersebut berada di kecamatan Cepogo, yaitu Candi Lawang dan Candi Sari.

Jika selama ini Cepogo terkenal dengan budaya sadranan dan deSA pengrajin tembaga, ternyata cepogo juga merupakan wilayah yang menyimpan akan sejarah perkembangan agama Hindu di Boyolali. Karena candi Lawang dan candi Sari tersebut adalah candi-candi peninggalan agama Hindu.


Candi Lawang di Dusun Dangean, Cepogo, Boyolali

“Lawang” berarti pintu. Candi Lawang ini bentuknya seperti pintu. Oleh karena itu, candi ini dinamakan candi Lawang.

Candi Lawang merupakan salah satu candi peninggalan kerajaan Mataram Hindu yang diperkirakan periodesasi candi ini sekitar 750 M – 800 M. Struktur bangunannya menyerupai Candi Prambanan.


Candi Lawang pertama kali ditemukan oleh seorang arkeolog Belanda pada tahun 1972. Candi ini terdiri atas satu candi induk yang sudah tidak utuh lagi dan hanya terlihat sebagian tubuhnya saja dengan denah berbentuk bujur sangkar dan kaki candi berdiri di atas batur. Candi Lawang ini juga memiliki perbingkaian gaya klasik tua di bagian kaki dan sebagian tubuhnya. Sementara ragam hias penghias bangunan candi Lawang atau ornamentalnya berupa simbar (antefiks) dan hiasan untaian bunga, serta hiasan geometris seperti motif gawang (kotak-kotak).

Di sebelah utara dan sebelah selatan candi induk ada candi perwara berdenah bujur sangkar. Sementara candi perwara di sebelah timur berdenah persegi panjang.

Sementara temuan lain yang ada di candi Lawang yaitu ada sebuah Yoni yang mengeluarkan rembesan air dari lubang Yoni-nya, arca Agastya, arca Durga Mahisasuramardini, pecahan makara, dan simbar (antefiks).


Untuk menuju candi Lawang, jalan menuju ke sana memang sudah bagus. Akan tetapi jalan yang berkelok dan letaknya yang berada di tengah dusun dan lebih tepatnya berada di belakang rumah warga ini membuat candi Lawang tidak banyak pengunjung. Meskipun pergi ke candi Lawang ini gratis, akan tetapi tanpa pemandu pergi ke candi Lawang agak kesulitan.

Candi Sari di Gedangan, Cepogo, Boyolali

Dibandingkan dengan candi Lawang, candi Sari ini lebih strategis meskipun sama-sama berada di tengah desa. Letak candi Sari ini lebih tinggi dari candi Lawang. Dan menurut saya viewnya juga lebih bagus karena berlatas gunung Merbabu dan gunung Merapi.


Akan tetapi, candi Sari ini terbilang kecil karena sekarang hanya tersisa pondasinya saja serta beberapa peninggalan lainnya. Pondasi bangunan candi Sari dekat dengan pohon beringin dan di atas pondasinya terdapat empat buah batu andesit berbentuk seperti ratna di setiap sudutnya serta satu buah Lingga semu di atas seperti lapik arca yang diletakkan di tengah foundasi.


Sama seperti candi Lawang, candi Sari ini adalah candi yang bercorak Hindu. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan satu buah Yoni dan satu buah arca Nandi tanpa kepala yang merupakan wahana atau kendaraan dari Dewa Siwa.

Cagar Budaya harus dirawat atau dibiarkan musnah?

Menurut Wikipedia, cagar budaya adalah daerah yang kelestarian hidup masyarakat dan peri kehidupannya dilindungi oleh undang-undang dari bahaya kepunahan.

Sementara menurut undang-undang no. 11 tahun 2010, cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau kebudayaan melalui proses penetapan.

Di Boyolali sendiri ada 5 cagar budaya, yaitu Candi Lawang, Candi Sari, Pertitaan Cabean Kunthi, Umbul Pengging dan Masjid Cipto Mulyo. Dari kelima Cagar Budaya yang ada di Boyolali, saya baru mengunjungi Candi Lawang, Candi Sari, dan Umbul Pengging yang setiap musim padusan menjelang puasa Ramadhan sangat ramai akan pengunjung.

Menurut saya pribadi, cagar budaya adalah sejarah sekaligus warisan nenek moyang yang  meninggalkan bukti akan perkembangan ilmu pengetahuan, agama serta kebudayaan di masa lalu. Dan semua itu harus dijaga keberadaannya agar generasi penerus nanti tahu akan sejarah perkembangan negaranya.

Lantas, bagaimana cara merawat Cagar Budaya Indonesia agar tidak musnah?

Cagar Budaya adalah sejarah yang tidak boleh musnah, oleh karena itu keberadaannya harus dijaga dengan cara :
1.    Adanya perawatan akan cagar budaya. Tanpa perawatan, cagar budaya bisa musnah. Apalagi jika dibiarkan begitu saja, tidak hanya musnah akan tetapi juga bisa menjadi ‘korban’ dari para tangan-tangan jahil
2.    Cagar budaya harus dilestasikan serta dilindungi
3.    Adanya konservasi cagar budaya agar tetap ada dan pesan dari masa lalu bisa tersampaikan pada generasi penerus

Cagar Budaya harus dirawat karena merupakan sejarah. Alangkah lebih baik jika siswa-siswi mulai dikenalkan dengan cagar budaya Indonesia yang ada di daerah sekitarnya. Diajak untuk mengenal sejarah nenek moyangnya dan diajak untuk merawat peninggalan nenek moyangnya.

Itulah sekilas cerita tentang candi—cagar budaya—yang keberadaannya meski kita rawat bersama-sama agar tidak musnah termakan zaman. Dan candi Lawang serta candi Sari adalah salah satu bukti cagar budaya yang keberadaannya harus kita jaga bersama-sama.

Oh ya, tulisan ini diikutkan dalam lomba blog "RAWAT ATAU MUSNAH". Dan  di daerah teman-teman sekalian pasti juga ada cagar budaya yang keberadaannya harus dijaga. Yuk ikutkan saja ceritanya dalam lomba blog  Cagar Budaya Indonesia dengan tema “RAWAT ATAU MUSNAH". Lomba blog ini diselenggarakan oleh Kemdikbud dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN).